Liputan6.com, Jakarta - Qualcomm kembali berbisnis dengan Huawei. Menurut CEO Qualcomm, Steve Mollenkopf, Qualcomm telah melanjutkan kerja sama dengan perusahan asal Tiongkok tersebut.
Dilansir GSM Arena, Rabu (25/9/2019), Mollenkopf mengatakan Qualcomm tidak hanya sekedar kembali menjual produknya kepada Huawei.
Perusahaan juga sedang mencari cara untuk mengamankan kesepakatan jangka panjang dengan Huawei. Sayangnya, ia tidak mengungkapkan jenis produk yang dijual kepada Huawei.
Huawei memang memproduksi chipset miliknya sendiri. Namun, perusahaan masih menggunakan komponen dari Qualcomm untuk perangkat-perangkatnya.
Pada 2018 saja, Huawei menghabiskan sekitar USD 11 miliar untuk berbisnis dengan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS), termasuk Qualcomm, Intel, dan Micron.
Seperti diketahui sebelumnya, Huawei saat ini berada di dalam daftar hitam perdagangan AS,
sehingga tidak bisa menggunakan berbagai produk asal negara tersebut. Kebijakan tersebut termasuk tidak bisa menggunakan layanan-layanan Google untuk flagship smartphone terbaru, Mate 30.
Kementerian Perdagangan AS pada Juli lalu mengumumkan akan mulai mengeluarkan lisensi khusus untuk perusahaan yang ingin melanjutkan hubungan bisnis dengan Huawei.
Salah satu poin utamanya adalah perusahaan AS hanya akan diizinkan untuk menjual komponen yang tersedia luas, sebuah kategori yang di dalamnya termasuk chipset mobile.
Huawei pada Agustus 2019 mendapatkan perpanjangan baru selama 90 hari untuk perjanjian lisensi perdagangan sementara dengan perusahaan-perusahaan AS. Pada bulan tersebut, dilaporkan lebih dari 130 perusahaan AS mengusahakan agar mendapatkan lisensi khusus tersebut.
Huawei Mate 30 Meluncur Tanpa Google Play Store
Lebih lanjut, Huawei telah mengumumkan seri Mate 30, di Jerman, Kamis (19/9/2019). Smartphone ini hadir dengan kemampuan yang menarik termasuk empat kamera belakang, tapi tanpa dukungan penuh dari Android.
Dilansir Cnet, Huawei Mate 30 berbasis pada Android open source, yang artinya tetap berfungsi seperti perangkat Android. Namun smartphone tersebut tidak memiliki berbagai layanan atau aplikasi Google, termasuk Maps, Chrome, dan yang paling penting Play Store.
Google Play Store merupakan bagian penting dari lisensi Google Mobile Service (GMS). Lisensi ini dimiliki hampir sebagian besar handset berbasis Android di luar Tiongkok, untuk mengakses berbagai aplikasi.
Absennya layanan dan aplikasi Google tersebut disebabkan Huawei masih berada di dalam daftar hitam perdagangan AS. Hal ini membuat perusahaan tidak bisa berbisnis dan menggunakan layanan perusahaan-perusahaan AS, termasuk Google.
The Verge melaporkan, ketidakhadiran layanan Google pada seri Mate 30 disampaikan langsung oleh CEO divisi produk konsumen Huawei, Richard Yu, saat mengumumkan seri Mate 30.
"Kami tidak bisa menggunakan inti Google Mobile Service (GMS), tapi bisa menggunakan Huawei Mobile Services (HMS). Hal ini karena larangan AS, yang membuat ponsel-ponsel tersebut tidak dapat menggunakan GMS. Sehingga membuat kami menggunakan HMS yang menjalankan App Gallery Huawei pada seri ponsel Mate 30," jelas Yu.
(Din/Ysl)